"Cara terbaik yang membuat seseorang dapat menjalankan revolusi adalah
menulis sebaik yang dapat ia lakukan"
Demikian diucapkan Grabeil Garcia Marquez , seorang jurnalis dan juga penulis kelahiran Kolombia yang dikenal karena
tulisan-tulisan kritisnya.
Apa makna kalimat tersebut? Ini menunjukkan bahwa menulis adalah
sesuatu yang penting untuk melakukan perubahan. Baik untuk perubahan
dalam diri sendiri maupun untuk mengubah orang lain.
Melalui tulisan kita dapat menyampaikan gagasan dan pikiran. Dan tulisan dapat menyebarluaskan gagsan dan pikiran itu ke seantero jagad. Dengan tulisan dapat mengeliminasi bias informasi yang mungkin terjadi
kalau kita menyampaikannya secara lisan atau menyebarluaskannya melalui mulut
ke mulut.
Kesadaran ini tampaknya yang menjadi dasar orang-orang yang kemudian
dikenal menjadi tokoh dunia. Mereka bukan hanya jurnalis atau penulis
sastra, tapi juga politisi, ekonom, businessman , dan lainnya. Para tokoh itu mampu menulis dan memiliki
sejumlah karya tulis.
Sejarah dunia pun tak terlepas dari kegiatan tulis-menulis. Kita bisa tahu kisah zaman dulu adalah dari tulisan-tulisan (biasa dalam
bentuk torehan yang dituangkan dalam batu-batu atau lainnya) yang
ditinggalkannya.
Hanya saja menulis bukanlah hal yang mudah. Merangkai kata dalam
sebuah tulisan, tak semudah kita mengucapkannya secara lisan. Menuangkan pikiran dalam tulisan ini terkadang tidak segampang jika kita
mengimplementasikan pikiran itu dalam sikap dan perilaku. Kadang-kadang kita bisa melakukannya tapi tidak dapat menampilkannya dalam
bentuk tulisan.
Tulisan adalah sebuah kreasi. Sebagian darinya adalah
seni ( art ), dan sebagian lagi
adalah keterampilan ( skill ). Sementara sebagian kecil lainnya merupakan bakat.
Karya Jurnalistik
Jurnalistik adalah kegiatan mencari, merangkai, mengolah, dan menyampaikan
fakta-fakta atau peristiwa kepada publik. Media dalam kegiatan
jurnalistik adalah media massa: cetak, elektronik, dan digital. Produk jurnalistik adalah berita. Ada beragam berita,
tergantung dari sifat, bentuk, jenis, dan gaya penulisannya. Berita-berita itu adalah berita langsung ( straight news ), feature , reportase, laporan
investigasi, dan lainnya.
Karya jurnalistik berbeda dengan bentuk tulisan lainnya, seperti karya
sastra atau karya ilmiah. Karya jurnalistik adalah jaringan
fakta-fakta yang merupakan potret dari suatu peristiwa yang dilihat, didengar,
diketahui oleh penulisnya, yaitu jurnalis. Laporan dapat diperoleh
dengan melihatnya secara langsung atau mendapatkan informasi dari nara sumber
yang kompeten, seperti saksi mata atau petugas yang menangani peristiwa
tersebut. Yang paling membedakan karya jurnalistik
dengan karya sastra atau karya ilmiah adalah fakta, dimana dalam dua karya
terakhir lainnya fakta itu bisa ada atau tidak.
Merangkai dan menampilkan fakta bukanlah pekerjaan ringan. Apalagi ketika si penulisnya (jurnalis) tidak melihat langsung peristiwa
yang menjadi obyek tulisannya tersebut. Ia hanya mengumpulkan
informasi dari orang-orang yang menjadi saksi mata, penduduk sekitar, atau
aparat. Bisa jadi informasi yang disampaikan oleh
nara sumber itu sama atau berbeda. Inilah arti pentingnya
jurnalis melakukan check and recheck . Tak cukup itu, ia juga harus mampu merasionalisasi
informasi yang beragam itu sehingga menjadi suatu laporan jurnalistik yang
tidak hanya sekedar faktual, melainkan juga logis.
Mengumpulkan Fakta
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat laporan jurnalistik,
baik dalam bentuk berita langsung, feature, reportase, Investigative repoting atau lainnya.
Tahap pertama adalah mengumpulkan fakta. Fakta diperoleh dari
kejadian yang terlihat / terdengar, informasi dari pihak lain, data-data yang
ditemukan (barang bukti) dan lainnya.
Tahap kedua, menganalisis fakta-fakta yang didapat dan kemudian melakukan cross check , sehingga data dan informasi yang
diperoleh itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Tahap ketiga, melakukan konfirmasi kepada pihak-pihak yang kompeten
terhadap fakta-fakta yang diperoleh tersebut. Mereka bisa orang-orang
yang terlibat langsung, saksi mata, aparat, atau pakar / ahli.
Tahap keempat, adalah merangkai fakta-fakta itu dalam bentuk laporan
tertulis untuk media cetak, atau laporan lisan untuk radio, atau laporan yang
bersifat audio visual untuk televisi.
Menulis Berita
Ketika kita sudah memperoleh fakta yang lengkap dan sudah mengonfirmasikan
kebenarannya, kadang-kadang kita sulit sekali menuangkannya dalam bentuk
tulisan. Di depan komputer sering kita hanya bisa
termenung, bingung. Setumpuk dokumen dan catatan yang ada di
meja malah menambah kebingungan kita. Apa yang mau kita tulis? Dari mana harus memulainya?
Kenyataan itu hampir dialami seluruh wartawan pemula ketika ia akan menulis
suatu berita. Semakin kita berpikir dan mencari apa yang
akan kita didahulukan untuk ditulis, semakin pusing dan bingung pikiran kita. Dan semakin kita berusaha mengingat-ingat fakta atau peristiwa yang paling
menarik dari hasil liputan kita, justru kian lupa ingatan kita.
Jadi, bagaimana caranya? Tulislah apa yang paling kita ingat dan
paling mudah terlebih dahulu. Tak peduli apakah itu bagian paling
menarik atau bukan dari suatu peristiwa tersebut. Biasanya, ketika kita
menuliskan hal-hal yang paling mudah itu, secara otomatis mengiring ingatan
kita pada hal-hal lainnya. Dari situ kita baru menyinggungnya dengan
menempatkan mana bagian paling penting yang akan ditempatkan di bagian awal
tulisan dan mana bagian yang akan ditempatkan di tengah atau akhir tulisan.
Judul
Membuat judul adalah hal yang gampang-gampang susah. Ketika kita memperoleh berita yang panjang dan sangat menarik,
kadang-kadang kita ingin mendeskripsikan isi berita itu dalam sejumlah judul. Tapi, karena keterbatasan ruang, tentunya tidak mungkin.
Pilihlah judul yang singkat tapi informatif. Judul tidak harus
sensasional atau bombastis, tapi harus eye-catching . Bisa jadi judul hanya cukup lima kata saja.
Pilihlah judul dari hal yang paling pokok dalam laporan tersebut. Bisa juga judul merupakan hal yang human interest dari suatu berita.
Usahakan judul yang ditulis dalam kalimat aktif, bukan kalimat pasif. Namun dalam hal tertentu yang bisa lebih menarik, tidak menutup kemungkinan
untuk menuliskannya dalam kalimat pasif.
Teras
Teras berita atau yang disebut juga lead harus menarik. Inti harus dapat menggiring pembaca agar
masuk membaca kelanjutan berita itu. Dalam bentuk straight news , teras bisa berisi rangkuman peristiwa. Bisa juga berupa informasi singkat yang meliputi 5W + 1H. Namun, dalam laporan jurnalistik seperti feature, reportase, atau laporan
investigasi, bisa jadi inti berita hanyalah berupa deskripsi suatu obyek yang
cukup menarik yang dapat menggiring pembaca untuk berusaha mencari tahu lebih
jauh informasi yang disampaikan dalam berita inti tersebut.
Bahasa
Bahasa merupakan hal penting yang tidak dapat diabaikan. Laporan jurnalistik berbeda dengan laporan ilmiah. Karenanya, bahasa yang disampaikannya pun harus lugas, populer, dan tidak njlimet . Gunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami publik. Hindari penggunaan
istilah asing selama ada padanannya dalam bahasa Indonesia, kecuali kalau
istilah asing tersebut sudah populer dan diketahui publik.
Kalimat
Gunakan kalimat-kalimat pendek dalam menulis laporan jurnalistik. Rangkai kalimat dalam berbicara. Penulis menuturkan
peristiwa dan informasi yang diperolehnya.Satu kalimat mungkin hanya cukup tiga
sampai lima kata. Kalau perlu ada kalimat deskripsi,
lanjutkan dalam kalimat berikutnya. Atau bisa juga kalimat
itu agak panjang, namun disertai dengan jeda yang ditandai oleh koma. Ini agar pembaca tidak lelah membacanya atau terpaksa menahan napas panjang
sampai kalimat itu mencapai titik. Satu alinea berita
diusahakan lebih dari satu kalimat.
Gaya
Gaya penulisan tergantung pada selera. Namun, ada kecenderungan
umum gaya yang lugas, ringan, dan deskriptif lebih menarik ketimbang gaya
penulisan yang kaku. Dalam tulisan feature atau reportase, bisa saja karya
jurnalistik dikemas dalam gaya bahasa seperti karya sastra. Ada dialog, ada suasana, tapi semuanya didasarkan pada fakta.
Penyuntingan
Butuh kepiawaian dalam mengedit berita. Penyuntingan meliputi
hal editing , reposisi, re-write , atau pemotongan naskah. Semua harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak mengubah esensi pesan yang
ingin disampaikan dari berita itu.
Untuk berita straight news , biasanya dikemas dalam bentuk tulisan piramida terbalik - yang paling
penting pada bagian atas dan paling kurang penting bagian bawah. Untuk memangkas berita jenis ini lebih mudah, yakni memotong bagian bawah. Namun, dalam tulisan seperti feature, reportase, laporan investigasi, tidak
bisa langsung memotong bagian bawah / akhir tulisan tersebut. Bisa jadi puncak dari suatu laporan itu justru di bagian akhir tulisannya.