قُلْ
لَّا يَعْلَمُ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ الْغَيْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗوَمَا
يَشْعُرُوْنَ اَيَّانَ يُبْعَثُوْنَ ٦٥
Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Tidak ada siapa pun di langit dan di bumi yang mengetahui sesuatu yang gaib
selain Allah. Mereka juga tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.”
(QS. Al-An’am: 65)
Diriwayatkan bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan pertanyaan kaum musyrikin tentang waktu kedatangan Kiamat.
Thahir Ibn ‘Asyur berpendapat bahwa pertanyaan mereka itu, lahir akibat
kepercayaan mereka bahwa agamawan apalagi Nabi mengetahui yang gaib. Dengan
pertanyaan ini mereka bermaksud untuk membuktikan bila tidak terjawab bahwa
Nabi Muhammad saw bukanlah seorang Nabi. Al-Biqa‘i berpendapat bahwa sebagian
dari apa yang diuraikan pada ayat-ayat yang lalu adalah hal-hal yang gaib,
seperti menampakkan yang tersembunyi di langit dan di bumi, atau penciptaan dan
pengaturan alam raya. Dari sini ayat di atas berbicara tentang gaib.
Apapun hubungan yang Anda
kemukakan atau pilih, ayat di atas memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk
mengatakan kepada kaum musyrikin atau kepada siapa pun bahwa: “Tidak ada
satu makhluk pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara gaib yang mutlak
seperti saat datangnya hari Kiamat kecuali Allah Yang Maha Esa semata, ”
dan mereka kendati bekerjasama, tidak akan berhasil bahkan tidak merasakan
apalagi mengetahui kapan mereka dibangkitkan dari kubur. Ada juga ulama yang
memahami ayat 65 di atas dalam arti: Tidak ada yang mengetahui hal-hal yang terjadi
di langit dan di bumi dan yang gaib dari kita kecuali Allah swt.
Banyak hal yang gaib bagi manusia
dan beragam pula tingkat kegaibannya. Jika sesuatu telah dapat Anda lihat,
raba, atau ketahui hakikatnya, maka sesuatu itu bukan lagi gaib; sebaliknya jika
Anda tidak tahu hakikatnya, tidak dapat melihat atau merabanya, maka itulah
yang dinamai gaib. Yang gaib, ada yang sifatnya relatif ada pula yang mutlak.
Sesuatu boleh jadi Anda tidak ketahui tetapi diketahui oleh orang lain, atau
sekarang Anda tak tahu tetapi akan Anda ketahui, maka ini dinamai gaib relatif.
Apabila kapan dan siapa pun tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. maka
itulah gaib yang mutlak. Nah, inilah yang dinafikan oleh ayat di atas. Ayat ini
menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw pun tidak mengetahui yang gaib, kecuali apa
yang disampaikan Allah kepada beliau.
Istri beliau ‘Aisyah ra.
menegaskan bahwa: “Siapa yang berkata bahwa Nabi Muhammad saw. mengetahui
(secara pasti atau secara rinci) apa yang akan terjadi besok, maka dia telah
melakukan kebohongan besar terhadap Allah” (HR. Muslim). Adapun gaib mutlak
seperti hari Kiamat, maka Nabi Muhammad saw sendiri menegaskan ketika beliau
ditanya oleh malaikat Jibril as tentang waktu hari kiamat dan beliau menjawab:
“Yang ditanya tentang Kiamat tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya”
(HR. Muslim dan lain-lain melalui ‘Abdullah Ibn ‘Umar).
Apa yang akan kejadian besok? Apa
kemalangan atau keberuntungan yang akan menimpa diri seseorang? Baik di langit
atau di bumi, tidak seorang pun yang mengetahuinya. Hanya Allah saja yang tahu.
Tidak pula ada yang tahu, baik di langit ataupun di bumi, baik manusia ataupun
malaikat kapan terjadinya hari kiamat. Orang yang telah meninggal pun tidak
tahu bila masanya mereka akan dibangunkan kembali dari alam barzakh atau alam
kubur.
Qatadah pernah berkata tentang
orang yang mempercayai apa yang dinamakan Ilmu Bintang atau Astrologi. Kata
beliau: "Allah menjadikan bintang-bintang di langit itu hanya untuk tiga
faedah.
- Allah menjadikan bintang-bintang akan perhiasan langit;
- Allah menjadikannya untuk memberi petunjuk dalam perjalanan, dan
- Allah menjadikan bintang-bintang untuk melempari syaitan-syaitan.
Maka barangsiapa yang
mempergunakan bintang-bintang untuk selain dari itu, sesungguhnya dia telah
disesatkan atau tertipu oleh pendapatnya sendiri, dia telah salah langkah dan bernasib
buruk dan memaksa-maksakan suatu hal yang samasekali tidak ada dasar ilmiahnya.
Orang-orang yang jahil dan tidak mengetahui Ilmu Allah telah membuat semacam
ilmu nujum, ilmu peramal. Barangsiapa yang melakukan perkawinan di waktu
bintang begini, akibatnya ialah begitu.
Barangsiapa yang bepergian
(musafir) di waktu bintang tertentu, maka akibatnya ialah begini. Barangsiapa
yang lahir ke dunia pada waktu bintang tertentu, akibat hidupnya ialah
demikian. Demi umurku! Bintang di langit tetap akan bergantian kelihatan, begitupun
manusia yang lahir ke dunia. Ada yang merah, ada yang hitam, ada yang pendek,
ada yang panjang, ada yang cantik, ada yang jelek. Namun bintang-bintang itu,
atau binatang itu, atau burung itu, tidak satu jua pun yang mengetahui yang
ghaib.
Allah telah menentukan bahwa
tidak ada yang mengetahui akan yang ghaib, baik di langit atau di bumi,
melainkan Allah sendiri, dan tidak ada orang yang tahu bila hari akan
kiamat." Demikianlah perkataan berharga dari Qatadah, diriwayatkan oleh
lbnu Abi Hatim. Ayat tersebut menunjukkan bahwa tak seorang pun yang bisa
mengetahui alam gaib kecuali Allah. Itu termasuk hak khusus bagi Allah SWT. Referensi
(Tafsir Al Misbah Jilid 10 dan Tafsir Al Azhar Jilid 7)
حدثنا محمد بن
المثنى العنزي حدثنا يحيى يعني ابن سعيد عن عبيد الله عن نافع عن صفية عن بعض
أزواج النبي صلى الله عليه وسلم عن النبي صلى الله عليه وسلم قال من أتى عرافا
فسأله عن شيء لم تقبل له صلاة أربعين ليلة
Muhammad bin Al-Mutsanna Al-‘Anazi
telah memberitahukan kepada kami, Yahya -yaitu lbnu Sa'id- telah memberitahukan
kepada kami, dari Ubaidullah, dari Nafi', dari Shafiyyah, dari sebagian
isteri-isteri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda, "Barangsiapa yang mendatangi peramal lalu bertanya
kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya selama 40 malam.”
حدثني أبو الطاهر وحرملة بن يحيى قالا أخبرنا
ابن وهب أخبرني يونس عن ابن
شهاب عن أبي سلمة بن عبد الرحمن بن عوف عن معاوية بن الحكم السلمي قال قلت يا رسول
الله أمورا كنا نصنعها في الجاهلية كنا نأتي الكهان قال فلا تأتوا الكهان قال قلت
كنا نتطير قال ذاك شيء يجده أحدكم في نفسه فلا يصدنكم
Abu Ath-Thahir dan Harmalah bin
Yahya telah memberitahukan kepadaku, mereka berdua berkata, "Ibnu Wahb
telah mengabarkan kepada kami, Yunus telah mengabarkan kepadaku, dari lbnu
Syihab, dari Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf, dari Mu'awiyah bin Al-Hakam
As-Sulami berkata, "Aku pernah mengatakan, "Wahai Rasulullah, ada
beberapa perkara yang dahulu selalu kami lakukan di masa Jahiliyyah. Dahulu kami
sering mendatangi para dukun.” Beliau pun bersabda, “Maka janganlah
kalian mendatangi para dukun!" Mu'awiyah berkata, "Aku katakan, "Dahulu
kami sering mempercayai ramalan nasib sial," Beliau pun bersabda, "ltu
adalah sesuatu yang dirasakan oleh salah seorang kalian di dalam dirinya, maka
janganlah sekali-kali hal itu menghalangi kalian (untuk melakukan sesuatu).
" Referensi (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi Jilid 10)
Jd kyai tp dukun apa dukun berbalut kyai bang praktekny?
ReplyDeleteHanya Allah yg mengetahui semua hal ghaib
ReplyDelete